Mengenai Saya
Blog Archive
-
▼
2010
(12)
-
▼
Desember
(12)
- Infeksi pada Lansia. Trisula
- Picture (02)
- Picture (01)
- Diabetes, Type 1, Type 2, Glucose, Insulin
- Osteoporosis Video
- Waspadai Gangguan Saraf Otak pada Lansia
- Empat Belas Masalah Lansia
- Osteoporosis Pada Lansia
- Gangguan Masalah Mental pada Lansia Dapat Dicegah
- “21 NO” Bagi Lansia
- Lansia Rawan Diabetes dan Stroke
- KATARAK
-
▼
Desember
(12)
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
Senin, 20 Desember 2010
Gangguan Masalah Mental pada Lansia Dapat Dicegah
23.01 |
Diposting oleh
Trisula |
Edit Entri
Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Sejalan dengan semakin baiknya status kesehatan masyarakat, usia harapan hidup masyarakat Indonesia juga semakin tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah lansia juga semakin bertambahUsia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Sejalan dengan semakin baiknya status kesehatan masyarakat, usia harapan hidup masyarakat Indonesia juga semakin tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah lansia juga semakin bertambah.
Hal itu dikemukakan Dr Endah Ronawulan, SpKJ di Sela-sela seminar Mengenal Masalah Kesehatan Mental Pada Lansia yang diselenggarakan Nusantara Medical Center dalam rangkaian memperingati Hari Stroke Sedunia di Jakarta beberapa waktu lalu. Saat ini, jumlah lansia yang ada di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik mencapai 18,7 juta orang (8,5%) dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini akan menjadikan Indonesia menempati urutan k-4 terbanyak negara berpolulasi lansia setelah Cina, India dan Amerika.
Setiap orang akan memiliki pandangan yang berbeda saat memasuki masa lanjut usia (lansia). Perbedaan tersebut banyak dipengaruhi oleh tipe kepribadian, genetika, sosial budaya, dan sebagainya. Ada beberapa pandangan negatif tentang lansia yang seakan memojokkan kaum lansia, yaitu lansia identik dengan kondisi lemah tidak berdaya, dan tidak mempunyai semangat hidup, serta mengalami penurunan fungsi otak.
Keadaan ini sebenarnya tidak perlu terjadi, karena akan membuat tubuh semakin rentan penyakit dan mempercepat proses penuaan. Karena itu sebaiknya masalah-masalah yang dapat menimbulkan stres atau kecemasan (masalah mental) diminimalisasi.
Berdasarkan Survei Kesehatan Depkes RI, menyatakan, gangguan mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9%, sedangkan yang berusia di atas 65 tahun 12,3%. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang. Karenannya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang penting, sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan.
Jika tidak didiagnosis dan diobati tepat waktu kondisi tersebut dapat mengalami perburukan dan membutuhkan penanganan yang kompleks. Kepandaian menyiasati dapat menjadikan masa tua yang menyenangkan, produktif dan energik tanpa harus merasa tua dan tidak berdaya.
Ada beberapa gangguan mental yang dialami para lansia diantaranya gangguan fungsi Kognitif, Dimensia, Apraksia, dan Gangguan orientasi. Fungsi Kognitif merupakan kemampuan seseorang untuk menerima, mengolah, menyimpan dan menggunakan kembali semua masukan sensorik secara baik. Fungsi kognitif terdiri dari unsur-unsur,memperhatikan (atensi), mengingat (memori), mengerti pembicaraan/berkomunikasi (bahasa), bergerak (motorik) dan merencanakan/melaksanakan keputusan (eksekutif).
Sedangkan gangguan fungsi kognitif dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu Age associated memori impraiment (AAMI) atau mudah lupa, kondisi ini dianggap normal dan biasanya dijumpai pada usia 55-60 tahun. Selain itu gangguan fungsi kognitif lain adalah minimal cognitive impraiment (MCI) atau gangguan kognitif ringan. Pada tahap ini dijumpai adanya gangguan fungsi berfikir dan fungsi mengingat.
Pada tingkat lanjutan, kata Endah, gangguan mental lainnya yang dialami lensia adalah Dimensia atau kepikunan. Pada tahap ini sudah terdapat gangguan daya ingat. Pasien umumnya sulit untuk mengingat hal-hal yang seharusnya mudah diingat. Dimensia umumnya akan dialami oleh lansia yang berumur di atas 80 tahun. Gejala dimensia meliputi gangguan daya ingat. Gejala awal yang dijumpai adalah gangguan memori yang baru (recent memori), sedangkan memori yang lama (remote memori) akan terganggu belakangan.
Pada tingkatan yang lebih tinggi, gangguan hubungan sosial juga sudah terganggu. Pada awalnya pasien tampak bingung dan tidak tahu apa yang harus dibicarakan dengan orang yang sedang dihadapi. Gangguan lain yang juga sering dihadapi lansia adalah gangguan dalam melakukan kegiatan tertentu (apraksia) dan gangguan orientasi. Pada tahapan ini pasien bahkan akan lupa dengan rumah dan bahkan kamar tidurnya sendiri.
Karena begitu beratnya beban yang dihadapi lansia, mereka bisa juga terkena depresi. Gejala ini terlihat pada awal gejala dimensia, di mana pasien tampak tak ada kemauan atau kehilangan minat melakukan aktivitas atau kegiatan, gelisah atau agitasi. Pada kondisi ini pasien menjadi mudah marah dan cepat tersinggung, bahkan kadang-kadang marah tanpa sebab yang jelas. RIS
Setiap orang akan memiliki pandangan yang berbeda saat memasuki masa lanjut usia (lansia). Perbedaan tersebut banyak dipengaruhi oleh tipe kepribadian, genetika, sosial budaya, dan sebagainya. Ada beberapa pandangan negatif tentang lansia yang seakan memojokkan kaum lansia, yaitu lansia identik dengan kondisi lemah tidak berdaya, dan tidak mempunyai semangat hidup, serta mengalami penurunan fungsi otak.
Keadaan ini sebenarnya tidak perlu terjadi, karena akan membuat tubuh semakin rentan penyakit dan mempercepat proses penuaan. Karena itu sebaiknya masalah-masalah yang dapat menimbulkan stres atau kecemasan (masalah mental) diminimalisasi.
Berdasarkan Survei Kesehatan Depkes RI, menyatakan, gangguan mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9%, sedangkan yang berusia di atas 65 tahun 12,3%. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang. Karenannya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang penting, sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan.
Jika tidak didiagnosis dan diobati tepat waktu kondisi tersebut dapat mengalami perburukan dan membutuhkan penanganan yang kompleks. Kepandaian menyiasati dapat menjadikan masa tua yang menyenangkan, produktif dan energik tanpa harus merasa tua dan tidak berdaya.
Ada beberapa gangguan mental yang dialami para lansia diantaranya gangguan fungsi Kognitif, Dimensia, Apraksia, dan Gangguan orientasi. Fungsi Kognitif merupakan kemampuan seseorang untuk menerima, mengolah, menyimpan dan menggunakan kembali semua masukan sensorik secara baik. Fungsi kognitif terdiri dari unsur-unsur,memperhatikan (atensi), mengingat (memori), mengerti pembicaraan/berkomunikasi (bahasa), bergerak (motorik) dan merencanakan/melaksanakan keputusan (eksekutif).
Sedangkan gangguan fungsi kognitif dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu Age associated memori impraiment (AAMI) atau mudah lupa, kondisi ini dianggap normal dan biasanya dijumpai pada usia 55-60 tahun. Selain itu gangguan fungsi kognitif lain adalah minimal cognitive impraiment (MCI) atau gangguan kognitif ringan. Pada tahap ini dijumpai adanya gangguan fungsi berfikir dan fungsi mengingat.
Pada tingkat lanjutan, kata Endah, gangguan mental lainnya yang dialami lensia adalah Dimensia atau kepikunan. Pada tahap ini sudah terdapat gangguan daya ingat. Pasien umumnya sulit untuk mengingat hal-hal yang seharusnya mudah diingat. Dimensia umumnya akan dialami oleh lansia yang berumur di atas 80 tahun. Gejala dimensia meliputi gangguan daya ingat. Gejala awal yang dijumpai adalah gangguan memori yang baru (recent memori), sedangkan memori yang lama (remote memori) akan terganggu belakangan.
Pada tingkatan yang lebih tinggi, gangguan hubungan sosial juga sudah terganggu. Pada awalnya pasien tampak bingung dan tidak tahu apa yang harus dibicarakan dengan orang yang sedang dihadapi. Gangguan lain yang juga sering dihadapi lansia adalah gangguan dalam melakukan kegiatan tertentu (apraksia) dan gangguan orientasi. Pada tahapan ini pasien bahkan akan lupa dengan rumah dan bahkan kamar tidurnya sendiri.
Karena begitu beratnya beban yang dihadapi lansia, mereka bisa juga terkena depresi. Gejala ini terlihat pada awal gejala dimensia, di mana pasien tampak tak ada kemauan atau kehilangan minat melakukan aktivitas atau kegiatan, gelisah atau agitasi. Pada kondisi ini pasien menjadi mudah marah dan cepat tersinggung, bahkan kadang-kadang marah tanpa sebab yang jelas. RIS
Label:
artikel,
gangguan mental
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar