Mengenai Saya
Blog Archive
-
▼
2010
(12)
-
▼
Desember
(12)
- Infeksi pada Lansia. Trisula
- Picture (02)
- Picture (01)
- Diabetes, Type 1, Type 2, Glucose, Insulin
- Osteoporosis Video
- Waspadai Gangguan Saraf Otak pada Lansia
- Empat Belas Masalah Lansia
- Osteoporosis Pada Lansia
- Gangguan Masalah Mental pada Lansia Dapat Dicegah
- “21 NO” Bagi Lansia
- Lansia Rawan Diabetes dan Stroke
- KATARAK
-
▼
Desember
(12)
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
Senin, 20 Desember 2010
KATARAK
22.39 |
Diposting oleh
Trisula |
Edit Entri
Add caption |
BABI
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Katarak merupakan penyakit mata yang sangat dikenal masyarakat pada saat ini. Katarak merupakan penyebab kebutaan utama di Indonesia. Umumnya katarak adalah penyakit lansia atau usia lanjut. Katarak juga dapat terjadi pada bayi ataupun usia muda. Terdapat beberapa kelainan yang sering dihubungkan dengan lansia seperti katarak, glaukoma, degenerasi makula dan proses yang sering terjadi seperti pengaruh penyakit kencing manis pada mata.
Katarak berasal dari bahasa Yunani catarcta yang berarti air terjun. Mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi kabut
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PATOLOGI ANATOMI
Lensa mata merupakan badan yang bening, bikonveks dengan ketebalan sekitar 5 mm dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung dibanding bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan equator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada equator difiksasi oleh Zonula Zinn pada badan sillia. Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian inti ( nukleus ) dan bagian tepi ( korteks ). Nukleus lebih keras dibanding korteks. Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus. Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya sehingga difokuskan pada retina. Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.
Katarak mengakibatkan gangguan masuknya cahaya ke dalam bola mata atau retina yang akan mengakibatkan bayangan pada selaput jala atau retina menjadi kabur. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks dan subkapsularis lensa. Bila lensa mata kehilangan sifat beningnya atau kejernihannya maka penglihatan akan menjadi berkabut atau tidak sama sekali. Katarak akan menghalangi sinar masuk kedalam, sehingga terjadi penurunan tajam penglihatan.
( Ilyas, 1999)
B. DEFINISI
Katarak adalah kekeruhan ( bayangan seperti awan ) pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya.
( Long, B.C, 1996 : 259 )
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.
( Ilyas, 1998 : 84 )
Katarak adalah gangguan opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun.( Doenges,M.2000 : 412 )
Katarak dalah penurunan progresif kejernihan lensa-lensa menjadi keruh atau berwarna abu-abu dan kertajaman penglihatan berkurang
( Corwin, 2000 : 219 )
C. KLASIFIKASI KATARAK :
1. Katarak Kongenital
Katarak yang mulai terjadi sebelum / segera setelah lahir dari plasenta bayi berusia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak Juvenil
Yaitu katarak lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 8 bulan.
3. Katarak Senilis
Yiatu semua kekeruhan yang terdapat pada usia diatas 50 tahun
4. Katarak Rubela
Rubela pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa, tedapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara / kekeruhan diluar nuklear yaitu korteks anterior dan posterior / total.
5. Katarak Kondikata
Merupakan katarak akibat penyakit lain seperti radang dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmetosa, glaukoma, tumor intraokuler, iskemia okuler, helersis anterior segmen, buttalmos akibat suatu trauma dan pasca bedah mata
6. Katarak Diabetikum
Merupakan katarak yang terjadi akibat penyakit diabetes melitus ( DM )
7. Katarak Sekunder
Katarak yang terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosa pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK ( Ekstrasi Katarak Ekstra Kapsular )
D. ETIOLOGI
1. Fisik
2. Kimia
3. Usia
4. Penyakit predisposisi ( DM )
5. genetik dan gangguan perkembangan
6. Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
7. Perubahan degeneratif
8. Pajanan terhadap sinar matahari selama hidup
9. herediter dan predisposisi
10. Pajanan, radiasi dan obat tertentu
11. Proses penuaan
12. Radang menahun didalam bola mata
13. Sinar Ultraviolet B
14. Efek racun dari rokok
15. Alkohol
16. Kekurangan vitamin E
17. Pengguna obat tertentu ( misal Kortikosteroid )
18. Cedera mata karena pukulan keras, tusukan benda
( Ilyas, 1998 : 207 ; Corwin, 2000 : 219 )
E. MANIFESTASI KLINIS
o Pandangan kabur
o Photophobia
o Silau pada cahaya
o Monocular diplopia
o Dapat melihat dengan baik jika pupil mengalami dilatasi
o Lensa mata terlihat keruh
o Manik mata kelihatan putih / kekuning-kuningan
o Penglihatan pasien berangsur-angsur menurun tanpa disertai rasa sakit dan dapat berakhir dengan kebutaan
o Refleks merah tida terlihat pada pupil
o Gangguan mengendarai kenderaan pada malam hari Hipermetropi
o Lihat ganda
( I.Black, Joyce.M.1987 & Ilyas, 1997 )
F. PATOFISIOLOGI
Lensa normalnya bening ( transparan ) agar cahaya dapat melaluinya.Perubahan biokimia dapat terjadi dalam lensa, trauma juga dapat menyebabkan lensa menjadi keruh kemudian menghalangi cahaya yang masuk ke retina, katarak imatur merupakan perkembangan dari sebagian katarak pada kapsul lensa.
( Long, B.C, 1996 : 259 )
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keruh dan keras.Keadaan ini disebut katarak senil, yang merupakan kelainan yang sering ditemukan. Katarak senil dapat terjadi mulai usia muda sekali pada usia 40 tahun. Bila katarak ditemukan pada anak-anak biasanya hal ini disebabkan kelainan bawaan / dapat juga disebabkan infeksi virus dan rubella pada ibu yang sedang hamil muda keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital dan dapat terlihat pada saat bayi lahir.
Cedera mata dapat mengakibatkan katarak pada semua umur. Pukulan keras tembus, menyayat, panas tinggi / bahan kimia dapat mengakibatkan kerusakan lensa yang disebut katarak traumatik, beberapa penyakit tertentu seperti DM dapat mngakibatkan lensa menjadi keruh sehingga membentuk katarak komplikata
( Ilyas, 1997)
Karakteristik dari katarak adalah ditandai dengan penurunan O2 dan air meningkat yang diikuti dengan dehidrasi kemudian sodium dan kalsium meningkat, potasium dan protein menurun. Penurunan protein ini mempengaruhi perubahan warna pada lensa mata menjadi kekuningan / kekeruhan karena adanya perubahan komposisi dan molekul. Hal ini dapat dilihat dengan menggunakan radiasi ultraviolet.
Tahap Perkembangan katarak :
1. Immature Cataract
Pandangan menjadi agak buram dan bebrapa sinar diteruskan, penglihatan masih berfungsi
2. Matur Cataract
Pandangan seluruhnya buram, penglihatan menurun
3. Intumescent Cataract
Lensa mata berair, lensa mungkin mengalami imatur / matur dan kemungkinan adanya glaukoma.
4. Hipermature Cataract
Kemungkinan adanya phacolytic glaukoma ditandai dengan obstruksi dan penyerapan protein makrofag
( I. Black & joyce, M. 1987 : 849 )
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan katarak yang paling efektif hanya dengan pembedahan. Pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh. Ada 2 tipe pembedahan katarak, yaitu :
1. EKIK ( Ekstraksi Katarak Intra Kapsular )
Adalah mengeluarkan lensa dalam keadaan lensa utuh. Dilakukan dengan membuka / menyayat selaput bening dan memasukan alat melalui pupil, kemudian menarik lensa keluar. Seluruh lensa dengan pembungkus atau kapsulnya dikeluarkan dengan lidi ( probe ) beku ( dingin ). Pada operasi ini dibuat sayatan selaput bening yang cukup luas, jahitan yang banyak ( 14-15 mm ) sehingga penyembuhan lukanya memakan waktu yang lama.
2. EKEK ( Ekstraksi Katarak Intra Kapsular )
Isi lensa dikeluarkan setelah pembungkus depan dibuat lubang sedang pembungkus belakang ditinggalkan. Dengan tekhnik ini terdapat ruabg bebas ditempat bekas lensa sehingga memungkinkan menempatkanlensa pengganti yang disebut sebagai lensa tanam bilik mata belakan ( posterior chamber intraocular lens ). Dengan yekhnik ini sayatan lebih kecil ( 10-11 mm ), sedikit jahitan dan waktu penyembuhan lebih pendek.
( Ilyas, 1999 : 24-26 )
I. PERAWATAN PASCA BEDAH
Setelah pembedahan pasien segera diberi obat untuk mengurangi rasa sakit karena operasi katarak adalah suatu tindakan yang menyayat . Antibiotik diperlukan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna. Pasien diberi obat tetes mata steroid untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah dan diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi. Mata selama 2-4 minggu setelah pembedahan perlu dilindungi sewaktu tidur untuk mencegah kecelakaan pada mata yang dibedah akibat garukan tangan pada mata tanpa disadari Akan dirasakan perbaikan penglihatan yang nyata pada hari berikut setelah pembedahan mata. Penyembuhan sempurna akan didapat setelah 4-5 minggu.
Tujuan Perawatan post operasi katarak adalah mencegah :
1. Peningkatan Tekanan Intra Okular ( TIO )
2. Tegangan pada jahitan
3. Perdarahan pada ruang anterior
4. Infeksi
Pendidikan kesehatan diperlukan untuk pasien post operasi katarak dan keluarga. Pendidikan kesehatan ini meliputi :
o Tanda dan gejala infeksi ( kemerahan, pandangan kabur, nyeri, bengkak, berair )
o Tanda dan gejala peningkatan TIO ( Nyeri, mual, pandangan menurun )
o Proteksi untuk mata ( kacamata )
o Pengobatan dan tekhnik menggunakan tetes mata
Terdapat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada pasien post operasi katarak
Hal yang boleh dilakukan |
· Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan · Memakai penutup mata seperti yang dinasihatkan · Melakukan pekerjaan yang tidak berat · Bila memakai tali sepatu jangan membungkuk akan tetapi kaki diangkat ke atas |
Hal yang tidak boleh dilakukan |
· Menggosok mata · Membungkuk terlalu dalam · Menggendong yang berat · Membaca berlebihan · Mengedan terlalu keras saat BAB · Berbaring ke sisi mata yang baru dibedah |
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian fokus pasien post operasi katarak adalah :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2. Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan ( kabur / tak jelas ), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata Doenges, M.E, 2000 : 412-413 )
Fokus pengkajian menurut Engram, 1999 yaitu :
3. kaji terhadap nyeri da mual
4. Periksa TTV
5. Periksa status pelindung mata
6. Kaji tingkat kesadaran
B. DIANOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan karena operasi katarak
Kriteria Hasil :
o Menyatakan nyeri hilang
o Menunjukkan postur tubuh rileks, kemampuan istirahat / tidur cukup
o Membedakan ketidaknyamanan bedah
Intervensi :
a. Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas nyeri, rentang skala 1-10
Rasionalisasi : Nyeri dirasakan, dimanifestasikan dan ditoleransi secara individual.
b. Pantau TTV
Rasionalisasi : Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri
c. Berikan tindakan kenyamanan
Rasionalisasi : meningkatkan relaksasi
d. Beritahu pasien bahwa wajar saja , meskipun lebih baik untuk meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi dilaporkan
Rasionalisasi : Danya nyeri menyebabkan tegangan otot yang menggangu sirkulasi memperlambat proses penyembuhan dan memperberat nyeri
e. Berikan obat sesuai indikasi
Rasionalisasi : Untuk mengontrol nyeri adekuat dan menurunkan tegangan
2. Resiko tinggi terhadap cidera b/dketerbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata
Tujuan: Cidera tidak terjadi.
Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat.
Intervesi:
a. Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.
Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan.
Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan.
b. Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya.
· Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.
· Singkirkan sedotan dari baki.
· Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna.
Rasional: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi.
c. Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh
Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh.
d. Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk kemungkinan bahaya.
· Karpet yang tersingkap.
· Kabel listrik yang terpapar.
· Perabot yang rendah
· Binatang peliharaan
· Tangga
Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang.
2. Gangguan sensori visual b.d penerimaan sensori terganggu
Kriteria Hasil :
o Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
o Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
o Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Intervensi :
a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah salah satu atau kedua mata terlibat
Rasionalisasi :Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan terjadi lambat dan progresif
b. Oreintasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya
Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi
c. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien
Rasionalisasi : Memnberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
d. Perhatikan tentang suram / penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata
Rasionalisasi : Gangguan penglihatan / iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata secara bertahap menurunkan dengan penggunaan
( Doenges,M.E, 2000 : 416 )
3. Resti Infeksi b.d prosedur invasif ( operasi katarak )
Kriteria Hasil :
o Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam.
o Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
Intervensi :
a. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata
Rasionalisasi : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi
b. Gunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan bola mata
Rasionalisasi : Tekhnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
c. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi
Rasionalisasi : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
d. Berikan obat sesuai indikasi
Rasionalisasi : Digunakan untuk menurunkan inflamasi
( Doenges, M.E, 2000 : 415-416 )
4. Resti Cidera b.d penurunan koordinasi otak
Kriteria Hasil :
o Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera
o Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
o Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
Intervensi :
a. Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas penampilan, balutan mata
Rasionalisasi : Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan
b. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, miring ke sisi yang tidak sakit sesuai keinginan
Rasionalisasi : Menurunkan tekanan pada mata yang sakit
c. Anjurkan menggunakan tekhnik manajemen stress
Rasionalisasi : Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO
d. Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes pupil berbentuk buah pir
Rasionalisasi : Menunjukkan prolaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh kerusakan jahitan / tekanan mata
e. Kolaborasi obat sesuai indikasi ( antiemetik, analgesik )
Rasionalisasi : Mencegah cedera okuler, meningkatkan istirahat dan mencegah gelisah
( Doenges,M.E, 2000 : 414-415)
5. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi
Kriteria Hasil :
o Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan
o Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi :
a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur / lensa
Rasionalisasi : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerjasama dengan program pasca operasi
b. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin
Rasionalisasi : Pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius
c. Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas
Rasionalisasi : Dapat bereaksi silang / campur dengan obat yang diberikan
d. Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang, menonton televisi
Rasionalisasi : Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui waktu lebih mudah bila tidak mampu menggunakan penglihatan secara penuh
( Doenges,M.E, 2000 : 421-423 )
DAFTAR PUSTAKA
Corwin . 2000. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Engram, B. 1999. Medikal Bedah. Jakarta : EGC
I.Black, Joyce.M. 1987. Luckmann & Sorensen’s edical Surgical Nursing : A Psychophysiologic. Philadelphia : W.B Saunders
Ilyas, Sidarta. 1998. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
----------------. 1999. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
----------------. 1999. Katarak. Jakarta : FKUI
----------------. 2002. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : CV Sagung Seto
Knight, J.F. 1998. Indera Prima. Bandung : Indonesian Publishing House
Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : YIAPKP
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar